BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap orang ingin tumbuh,
berkembang, sukses, dan maju. Keinginan yang wajar dan pantas untuk didukung.
Manusia tidaklah hanya sekedar fisik yang membutuhkan makan, minum, pakaian dan
tempat tinggal yang layak. Manusia ada dimensi-dimensi psikis yang juga harus
dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia adalah fisik yang mempunyai pikiran,
perasaan, mata hati, dan emosi. Tidak hanya itu manusia juga mempunyai jati
diri sebagai manusia karena ia bersatu dengan realitas keadaan sekitarnya.
Manusia memerlukan komunikasi dan
interaksi dengan manusia lainnya, dan kebutuhan ini tidaklah dapat dihindarkan.
Dalam hubungan dengan orang lain, ini semua yang ada dalam diri manusia baik
fisik maupun psikis menjadi saling berhubungan, berinteraksi dan berkomunikasi.
Dengan bantuan tubuhnya manusia melambangkan perasaannya, ekspresinya,
keinginannya, emosinya dan pikiran-pikirannya. Oleh karenanya, dalam usaha
mengembangkan diri pun dipengaruhi berbagai faktor baik dari dalam maupun dari
luar manusia itu sendiri.
Kemampuan seseorang untuk mengembangkan
dirinya, mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, berbeda-beda dan seringkali
kendala juga datang dari diri sendiri. Terkadang diri sendiri tidak menyadari
atau tidak memahami potensi yang ada dalam diri sendiri, sehingga tidak mampu
mengembangkan kemampuan atau potensi diri sendiri. Oleh karenanya pemahaman
yang benar terhadap potensi diri sangatlah penting. Tulisan singkat ini akan
mengungkapkan arti dan pentingnya pengembangan diri, strategi pengembangan
diri, manajemen kepribadian, dan menuju kecerdasan emosional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kesadaran
Kalimat
“kesadaran” berasal dari kata-kata “sadar”. Kata ini kamus besar Bahasa
Indonesia memiliki pengertian insaf, tahu dan mengerti, ingat kembali. Lebih
lanjut kata dasar sadar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti menyadari, menyadarkan dan penyadaran. Semua ungkapan tersebut memiliki
konotasi yang berbeda sesuai dengan perubahan kalimat dasar yang digunakan. Dari makna
sadar, kesadaran, menyadari dan penyadaran maka sadar adalah suatu tujuan yaitu
lahirnya keinsafan, tahu dan mengerti dan ingatan kembali. Kesadaran merupakan
situasi atau hasil dari kegiatan menyadari sedangkan penyadaran merupakan
proses untuk menciptakan suasana sadar. Sadar
diri dimaknai dengan tahu diri. Tahu diri merupakan kondisi dimana seseorang
mengenal hal ihwal diri serta mampu menempatkan diri sesuai dengan
fungsi dan posisi yang tepat. Oleh karena itu orang yang tahu diri adalah orang
yang mampu dan sanggup membawakan diri ditengah-tengaah kehidupan dan tidak
mengalami kesulitan pada penerimaan orang lain akan berbagai kondisi dirinya. Dengan
demikian yang dimaksud dengan penyadaran adalah semua proses dan tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengembalikan atau menciptakan keinsafan,
mengetahui sesuatu, dan mengembalikan ingatan pasien/klien setelah suasana
tersebut dipengaruhi atau hilang oleh faktor penyakit atau karena sebab lain.
B.
Teori dan
konsep kesadaran
Kegiatan
penyadaran untuk menciptakan kesadaran dalam konseling dan terapi dikenal
dengan istilah Eksistensial Humanistik. Teori Esksistensial
Humanistik dipelpori oleh Carl Rogers. Teori ini mengedepankan aspek
kesadaran dan tanggung jawab. Menurut konsep ini manusia memiliki kesanggupan
untuk menyadari dirinya sendiri. Semakin kuat kesadaran diri itu pada
seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang
itu(Gerald Corey, 2007: 54).
Dalam
penerapannya konsep terapi ini ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran—kesanggupan seseorang dalam mengalami hidup secara penuh sebagai
manusia. Pada intinya keberadaan manusia, membukakan kesadaran bahwa :
- Manusia adalah makhluk yang terbatas, dan tidak selamanya mampu mengaktualkan potensi-potensi dirinya
- Manusia memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil suatu tindakan
- Manusia memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan-tindakan yang akan diambil, karena itu manusia menciptakan sebagian dari nasibnya sendiri.
- Manusia pada dasarnya sedirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain; manusia menyadari bahwa terpisah tetapi juga terkait dengan orang lain.
- Makna adalah sesuatu yang tidak diperoleh begitu saja, tetapi merupakan hasil pencarian manusia dan dari penciptaan tujuan manusia yang unik.
- Kecemasan eksistensial adalah bagian hidup esensial sebab dengan meningkatnya kesadaran atas keharusan memilih, maka manusia mengalami peningkatan tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi tindakan memilih.
- Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan.
8. Manusia
bisa mengalami kondisi-kondis kesepian, ketidakbermak-naan, kekosongan, rasa
berdosa, dan isolasi, sebab kesadaran adalah kesanggupan yang mendorong
kita untuk mengenal kondidi-kondisi tersebut.( Gerald Corey, 2007: 65).
C. Konsep
Kesadaran Menurut Islam
Salah satu cara menumbuhkan
kesadaran dalam persfektif Islam melalui proses Muhasabah. Muhasabah diartikan
sebagai kegiatan mengingat, merenungi, menyadari atau mengevalusai
aktivitas untuk merancang masa depan yang lebih baik.
Hal ini sejalan dengan firman Allah
dalam surat al-Hasyar ayat 18
يَااْيٌهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوااتَّقُواالله
وَلْتَنظُرنَفسٌ مَاقَدَّمَت لِغَد,وَاتَّقُوالله اِنَّ الله خَبِيرٌبِمَاتَعْمَلُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Qs. Al-Hasyar : 18)
Kesadaran diri dalam al-Qur’an
mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan
potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada wujud dirinya dan kemudian
menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta
sifat-sifat Ilahi. Jadi, zat atau esensi dan substansi diri manusia terletak
pada kesadaran akan jati dirinya karena kecintaan dan kerinduannya terhadap hal
itu merupakan fitrah dirinya.[1]Dengan
demikian, kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam yang
mana tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik) yang ia
telah terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas
serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah.[2]
Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara global
tentang beberapa hal yang paling penting terkait dengan masalah ini:
- Kesadaran Fitrawi
Hal semacam ini
bukan merupakan sebuah bentuk persfektif dan sebuah pengetahuan yang sifatnya hushuli,
namun merupakan sebuah kesadaran dan sebuah ilmu hudhuri. Kesadaran diri
yang bersifat hudhuri mengandung makna bahwa: saya ada dan saya punya
serta memiliki kesadaran serta pengetahuan terhadap keberadaan dan eksistensi
ini melalui potensi-potensi internal saya. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan
dan kesadaran prinsipil dan nyata serta sama persis dengan pribadinya. Pada
pengetahun dan kesadaran ini, manusia memperoleh dan akan meraih sebuah
realitas bernama “saya” dan hal itu sama dengan pengetahuan dan
kesadaran terhadap diri pribadinya.
Tentunya pada
fenomena ini, biasanya tidak bisa langsung sampai pada “saya” itu,
melainkan pertama kekuatan-kekuatan dan aktifitas-aktifitas internal itu
dirasakan dan dipahami terlebih dahulu kemudian “saya” itu
– guna memperoleh serta meraih kesadaran dan pengetahuan yang sifatnya hudhuri
itu – dirasakan dan dipahami
Al-Qur’an
setelah menyinggung hal ini pada tahap penciptaan janin dalam kandungan
(rahim), sebagai tahapan paling akhir –yang sejatinya merupakan tahapan paling
penting dalam proses penciptaan manusia. Al-Qur’an menyatakan: ”Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.”[3]
Hal ini menunjukkan bahwa materi bawah sadar berubah menjadi sebuah
substansi ruh yang sadar. Dengan kata lain, ia telah diberi kehidupan,
kemampuan dan ilmu dan diberinya substansi dzati (jauhar-e dzati) yang
hal ini biasa disebut “saya.”
2.
Kesadaran
Universal
Kesadaran diri
yang bersifat global dan universal memiliki pengertian kesadaran dan
pengetahuan terhadap diri dalam kaitannya dengan alam bahwa: dari mana saya
datang? Saya berada di mana sekarang? Dan nanti saya akan kemana? Pada
kesadaran diri semacam ini, manusia akan menyingkap bahwa dirinya merupakan
salah satu bagian dari “keseluruhan” (kull) yang bernama
alam dunia, ia akan mengetahui bahwa dirinya itu tidak independen dan tidak
mandiri, dirinya itu bergantung, yakni ia ada bukan dengan sendirinya, ia hidup
bukan dengan sendirinya dan akan meninggalkan dunia ini bukan melalui dirinya,
ia hendak memperjelas kondisi dirinya pada “keseluruhan” ini.
Imam Ali suatu waktu pernah menyinggung
bentuk kesadaran semacam ini.
Imam Ali
berkata sebagai berikut: ”Semoga Allah Swt merahmati…orang yang mengetahui
bahwa dirinya datang dari mana? Sedang berada di mana? Dan hendak menuju ke
mana?”
Dalam al-Qur’an
terdapat banyak ayat-ayat tentang mabdâ’ (awal penciptaan) dan ma’âd (akhirat)
manusia yang semuanya mengajak umat manusia untuk menyadari tentang hakikat
hidup di dunia dan di akhirat:
- Kesadaran Irfani (Sufistik)
Kesadaran irfani
adalah sebuah kesadaran terhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan Allah
Swt. Hubungan ini adalah sebuah hubungan dua wujud dan eksistensi yang bukan
bersifat sejajar atau horizontal, akan tetapi suatu hubungan antara cabang
dengan pohon, hubungan antara majazi dengan hakikat tunggal (Allah Swt), dan
merupakan sebuah hubungan antara muqayad (tergantung) dan mutlaq (absolut).
Keinginan seorang ‘arif adalah keinginan yang bersifat internal dan
merupakan sebuah kebutuhan fitrah diri.
Berdasarkan
firman Allah Swt dalam al-Qur’an, hal yang bertentangan dan menjadi penghalau
bagi kesadaran diri adalah lupa diri yang mana hal ini merupakan
buah dari lupa Allah Swt. Firman Allah
Swt yang artinya:
ولاتكونواكالذ ين نسواالله فانسهم انفسهم اولئك هم الفسقون
”Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
yang fasik”(Qs.
Al-Hasyr [59]: 19).
Karena ketika
manusia lupa kepada Allah Swt maka asmaul husna (nama-nama indah) dan
sifat-sifat agung Allah Swt yang berkaitan erat serta punya hubungan langsung
dengan sifat-sifat esensial manusia, juga akan dilupakannya. Jika manusia tidak
meniti jalan untuk mengenal dirinya dan ia tidak membina serta menghidupkannya
di dalam dirinya, maka ia akan melupakan Allah Swt dan akan melakukan dosa apa
saja serta akan keluar dari penghambaan dan pengabdian kepada Tuhan.
Kesadaran dalam
Islam merupakan hal yang sangat penting untuk diciptakan. Hal ini disebabkan
kesadaran itu diperlukan untuk mencapai siatuasi kehidupan yang lebih baik.
Inti dari hidup sesungguhnya kesadaran diri, Setiap diri semestinya
menyadari akan eksistensinya sebagai manusia di samping sebagai hamba Allah dan
khalifah di muka bumi. Oleh karena itu semestinya setiap diri memiliki
kesadaran yang tinggi dikaitkan dengan tujuan hidup, tugas hidup, tantangan
hidup, teman hidup, lawan hidup, perbekalan hidup dan berakhirnya kehidupan.
D.
Analisa Diri Melalui Johar Window
Jendela Johari adalah “model yang menjelaskan
tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Model ini penting
dalam komunikasi antarpribadi.”
Johari window adalah jendela dengan empat bagian yang menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri). Namun Johari berasal dari singkatan nama penemunya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham.
Johari window adalah jendela dengan empat bagian yang menggambarkan bahwa manusia terdiri atas empat self (diri). Namun Johari berasal dari singkatan nama penemunya, yakni Joseph Luft dan Harry Ingham.
1. Open self Dalam
diri kita terdapat daerah terbuka (Open). Open self adalah bagian dari diri
kita yang menyajikan semua informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan,
motivasi, dan ide yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Informasi
yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain ini mencakup antara lain nama
diri, warna kulit, usia, agama, sikap terhadap politik, hobi, dan sebagainya
Menurut Joseph Luft, makin kecil
bagian open self, makin buruk komunikasi berlangsung. Komunikasi
tergantung pada tingkat keterbukaan di mana kita membuka diri kepada orang lain
dan kepada diri kita sendiri. Jika kita tidak mengizinkan orang lain mengetahui
tentang diri kita, komunikasi antara kita dan orang lain tersebut akan
mengalami kesukaran, untuk tidak menyebut tidak mungkin. Untuk meningkatkan
komunikasi antarpribadi dengan orang lain, kita harus memperlebar daerah open
self .
2.Blind self Dalam
diri kita terdapat daerah yang disebut daerah buta (blind). Self adalah
segala hal tentang diri kita yang diketahui orang lain namun tidak diketahui
oleh diri kita sendiri. Karena adanya daerah buta atau blind, akan membuat
komunikasi menjadi tidak efektif, maka kita harus mengusahakan agar daerah ini
jangan terlalu besar dalam diri kita. Menghilangkannya sama sekali adalah tidak
mungkin, namun kita harus berusaha untuk menyusutkannya.
3. Hidden self area Dalam
diri kita terdapat wilayah tersembunyi. Wilayah ini berisi apa – apa yang kita
ketahui dari diri kita sendiri atau dari orang lain yang kita simpan untuk diri
sendiri, yang orang lain tidak mengetahuinya. Misalnya, kita menyimpan sendiri
rahasia kesuksesan kita, ketakutan kita akan sesuatu, masalah keluarga, kondisi
keuangan yang buruk, dan sebagainya.
Dalam menyingkapkan diri kita pada
orang lain yang dikenal dengan konsep self disclosure (pengungkapan
diri), yang memiliki dua ekstrim. Pada suatu ekstrim, kita menceritakan semua
tentang diri kita pada orang lain. Disini berarti daerah hidden self sangat
kecil. Pada ekstrim yang lain, kita sama sekali tidak mencerminkan tentang diri
kita pada orang lain. Orang – orang seperti ini umumnya takut membuka diri,
antara orang lain karena takut ditertawakan dan ditolak. Pada ekstrim ini, daerah hidden
self sangat besar.
4. Unknown
self Dalam
diri kita terdapat wilayah yang tidak dikenal (unknown). Daerah unknown
self adalah aspek dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh diri kita
sendiri maupun orang lain. Kita mungkin akan mengetahui aspek dari diri yang
tidak dikenal ini melalui kondisi–kondisi tertentu, misalnya melalui hipnotis.
Walaupun sulit untuk mengetahuinya, kita harus menyadari bahwa aspek ini ada
dalam diri kita.
Pengungkapan
diri atau "self disclosure"
dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang
lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti
pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya.
Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam
memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang
lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka
sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.
Meskipun
pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku (pemberi informasi) namun
para ahli psikologi menganggap bahwa pengungkapan diri sangatlah penting. Hal
ini dasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa pengungkapan diri (yang
dilakukan secara tepat) merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara
tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada
diri sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap
positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan terbuka (David
Johnson, 1981; dalam mentalhelp.net).
Manfaat-manfaat dari pengungkapan
diri dapat disebutkan sebagai berikut:
a) Meningkatkan kesadaran diri (self-awareness). Dalam proses pemberian informasi
kepada orang lain, anda akan lebih jelas dalam menilai kebutuhan, perasaan, dan
hal psikologis dalam diri anda.
b) Membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam,
saling membantu dan lebih berarti bagi kedua belah pihak.
c) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan seseorang untuk
menginformasikan suatu hal kepada orang lain secara jelas dan lengkap tentang
bagaimana ia memandang suatu situasi, bagaimana perasaannya tentang hal
tersebut, apa yang terjadi, dan apa yang diharapkan.
d) Mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan
diri (self acceptance).
e) Memecahkan berbagai konflik dan masalah
interpersonal.
Jika orang lain mengetahui kebutuhan anda, ketakutan, rasa frustrasi anda, dan sebagainya.
f) Memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih
spontan.
Harap diingat bahwa untuk menyimpan suatu rahasia dibutuhkan energi yang besar
dan dalam kondisi demikian seseorang akan lebih cepat marah, tegang, pendiam
dan tidak riang..
Meskipun self
disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu senditri ada
batasnya. Artinya perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala
sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi
hubungan kita dengan orang tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
keterbukaan ekstrim akan memberikan efek negative terhadap hubungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan buah
dari proses penyadaran dimana setiap orang dapat dikatakan sadar apabila dia
mampu mengerti, memahami, mengetahui apa yang ada dalam fikiran dan perasaannya
serta apa yang sedang dikerjakannya.
Untuk memelihara tingkat kesadaran dalam ajaran Islam dikenal dengan
istilah muhasabah melakukan perenuingan, perhitungan, kokulasi dan
menginggat apa yang telah, sedang dilakukan untuk menghadapi kehidupan masa
yang akan datang.
B.
Saran
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini sangatlah
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
kepada dosen maupun pembaca untuk memberikan masukan agar penyusunan makalah ini menjadi lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar